EMPAT MACAM HATI
Ahmad Ath-Thabrani dalam satu riwayatnya menyebutkan bahwa ada empat macam hati. Pertama, hati yang permukaannya licin dan bersih, di dalamnya ada pelita yang menerangi. Itulah hati orang mukmin. Kedua, hati yang hitam dan terbalik permukaannya. Yaitu hati orang kafir. Ketiga, hati yang tertutup dan terikat dalam sampul. Yaitu hati orang munafik. Keempat, hati yang pipih, di dalamnya ada keimanan bercampur dengan kemunafikan. Perumpamaan keimanan yang ada padanya seperti tanaman sayur-sayuran yang sehat karena disirami air yang baik, sedangkan perumpamaan kemunafikan yang ada padanya, seperti bisul yang dipenuhi nanah. Mana di antara kedua-duanya yang lebih dominan dengan itu pula ia disifati.
Sisi Lain Wudhu
Wudhu mengandung sisi lain yang luar biasa pengaruhnya terhadap aspek batin seseorang. Nassaruddin Umar dalam 40 Seni Hidup Bahagia Berdasarkan Tuntunan Al-Qur’an, As-Sunnah dan Salafush Shalihin, Baron Omar Rolf Ehren Fels, seorang pakar yang juga seorang neurolog dan sekaligus psikiater, menulis disertasinya tentang wudhu. Dalam salah satu penelitiannya disebutkan bahwa pusat kesadaran manusia terletak pada muka, tangan dan kaki. Kalau seseorang syarafnya lemah, orang tersebut akan ngantuk, loyo dan tidak bergairah. Sehingga, membasuh anggota-anggota badan tadi (dalam berwudhu) dengan air segar akan pulih sekian persen. Yang menarik dari disertasi tersebut adalah rekomendasinya yang menegaskan bahwa seharusnya wudhu itu bukan hanya milik umat Islam, tetapi juga milik umat manusia secara keseluruhan. Lagi pula, menurut Imam Al-Ghazali organ tubuh yang harus dibasuh sewaktu berwudhu adalah organ tubuh yang paling sering melakukan dosa. Dan, yang jauh lebih mengejutkan lagi, ulama-ulama tempo dulu menemukan bahwa antara air yang sudah digunakan untuk berwudhu dengan air yang belum dipergunakan untuk berwudhu. Sehingga, ada statement yang mengatakan bahwa tetesan air wudhu itu lebih hitam daripada tinta hitam, sehingga tidak boleh menggunakan air musta’mal (air yang sudah digunakan untuk berwudhu).
Lima Penyelamat
Al-Yafi’i dalam bukunya Raudhur Rayyahinfi Manaqibish Shalihin meriwayatkan bahwa Syafiq al-Balkhi berkata, “Kami punya lima harapan, dan cara mewujudkannya kami temukan dengan lima hal : Kami ingin meninggalkan dosa, caranya dengan melaksanakan sholat Dhuha; kami ingin memperoleh kuburan yang terang, caranya dengan melaksanakan sholat malam; kami ingin mampu menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, caranya dengan membaca al-qur’an; kami ingin mampu menyeberangi jembatan akhirat (shirath), caranya dengan puasa dan zakat; kami ingin memperoleh naungan ‘Arsy, caranya dengan ber-khalwat (mengasingkan diri untuk beribadah).”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar